Vol 2 Bab 1 Part 2 : Classroom Elite 2nd Year
Bab 1 : Perubahan kehidupan di sekolah (Part 2)
Para siswa menyambut berakhirnya sekolah.
Aku akan berterima kasih dengan Horikita dan Yousuke di lain hari. Mereka berdua tahu terhadap yang telah mereka lakukan, Horikita adalah orang yang pertama pulang. Sedangkan Yousuke sedang tertawa dengan para gadis dengan Kei yang berada di tengah.
Disaat mereka mulai meninggalkan kelas, seperti biasanya. Ku ambil tas ku, dan mulai membaur dengan semua orang yang pergi ke lorong.
Kehidupan sehari - hari ku sudah berakhir ... tetapi situasinya tidak sesederhana itu.
Meskipun diskusi itu cukup memahami semua orang tentang point utamanya, tetapi masalah pribadi adalah hal yang lain.
Ada beberapa orang yang mengikutiku. Tanpa perlu berpikir aku sudah tahu kalau mereka adalah anggota kelompok Ayanokouji. Diantara mereka yang mendekat dari belakang, dengan langkah kakinya terdengar kuat. Tidak perlu melihat kebelakang untuk mengetahui seberapa frustasinya yang dikumpulkan Keisei.
Aku berpura-pura tidak melihatnya dan terus berjalan ke depan. Beberapa saat kemudian, dia mulai berbicara.
"Kiyokata."
Aku melambatkan langkah kakiku karena mereka memanggilku.
Menoleh ke arah belakang, ketiganya masih memiliki ekspresi kaku.
"Tidak menyapa balik, bukankah kau sedikit kejam?"
Haruka berbicara terus terang dengan suara yang keras.
Mewakili Keisei yang berada di depan dan Airi yang cemas berada di belakang mereka, dia bermaksud menyuarakan suara mereka berdua.
Keisei yang emosional yang seharusnya mulai cerewet tetapi dia menutup mulutnya saat ini
Setelah mengatur pernafasannya, dia mulai berbicara.
"Kenapa kamu tidak memberitahu kami? ... jika itu untuk menyembunyikan informasi seperti yang dikatakan Horikita, bukankah itu berarti kamu tidak mempercayai kami?"
Meskipun dia menerima perkataan Horikita, tetapi ia masih belum puas.
Itu tanggapan yang normal untuk kelas.
Seolah - olah dia telah menghancurkan perasaan Keisei yang saat itu berbaik hati dan mencoba mengajariku.
Mereka berdua juga telah paham, Haruka dan Airi ikut bersamanya.
Cara termudah untuk mengatasi ini adalah menyalahkan Horikita.
Tetapi aku tidak bisa melakukan itu, sebab dia telah membantu.
Tidak, ini memang tidak perlu. Berpikir ke depan.
Keisei adalah pelajar yang luar biasa, dia bukan salah satu orang yang lamban di kelas dalam menilai sesuatu dengan akurat. Tetapi jika dia tidak menerima seutuhnya, mungkin itu akan menjadi beban psikologi untuknya. Itu tidak baik sama sekali, itu akan merugikan kelas. Dan juga itu sama sekali tidak baik untuk Horikita yang memenggang komando di kelas.
"Aku selalu mempercayai kalian. Tetapi aku berpikir kalau tetap diam tidak mengungkapkan itu kepada siapapun adalah pilihan yang terbaik. Aku sangat dekat dengan kalian sehingga aku harus menahan untuk memberitahumu dan tetap diam."
Daripada menyalah orang lain, aku lebih baik memberitahukan Keisei kalau ini adalah pendapatku. Meskipun dia terlihat agresif, tetapi dia ragu - ragu mengatakan apa yang ia ingin katakan, setelah mendengarkan nasihat Haruka, ia memilih untuk mengesampingkan emosinya.
"Aku sangat paham kemarahanmu atas kejadian ini. Ini juga berhubungan dengan grup yang paling dekat dengan kita dan kamu juga telah memberiku pelajaran privat, aku minta maaf."
Siapapun pasti tidak akan nyaman jika orang yang diajari ternyata lebih baik darimu.
Haruka dan Airi juga bisa memahaminya.
Haruka mendengar permintaan maafku dan tetap diam.
Dia tetap diam, karena berpikir kalau yang terbaik adalah membiarkan Keisei merenung dan menyesuaikan diri.
"Jujur saja, aku masih marah, kamu seharusnya bilang sejak awal kalau kamu tidak perlu diajari, bahkan kamu bisa lulus tanpa masalah dan kamu bisa mengatasinya sendiri."
"Kamu benar."
Bagi Keisei, situasi dan latar belakangku tidak penting.
Wajar saja kalau dia ingin aku memberitahukannya sejak awal.
"Menurut yang dikatakan Horikita, kamu akan terus menahan diri, kan? Jadi kamu tidak akan memberitahuku apa yang sedang kau pertahankan, aku tidak bisa mempercayaimu."
Mulai sekarang, Keisei akan mempunyai keraguan. Dan mulai berpikir "Apa keahilan dia dan apa yang tidak bisa dia lakukan."
Untuk mengejar orang lain akan buruk jika dia dekat - dekat dengan orang aneh.
"Aku ingin keluar dari kelompok ini. Aku bohong jika aku tidak punya pemikiran seperti itu."
"Yukimuu, kamu serius?"
Haruka yang tetap diam, mulai berbicara.
Tidak mungkin juga dia akan tetap diam setelah mendengarkan itu.
"Aku serius. Setelah aku mendengarkan perkataan Horikita, aku berniat untuk keluar karena menurutku Kiyokata sudah tidak bisa kupercaya lagi. Tapi ... setelah berada di grup ini dengan waktu yang lama, aku akhirnya paham beberapa hal. Aku tahu kalau Kiyokata bukanlah orang jahat. Karena aku mengerti dan paham untuk menyembunyikan sesuatu yang penting demi kebaikan kelas, itu benar, Kiyokata bisa saja memberitahuku kalau dia tidak perlu diajari, tetapi dia buruk dalam berbicara, jadi dia tidak bisa mengatakannya. Aku juga bisa mengerti hal itu."
Keisei mengepalkan tangannya dan tanpa berusaha menyembunyikannya.
"Hanya saja ... aku butuh waktu untuk menjernihkan pikiranku."
Keisei menghela nafas sambil mengatakan hal itu.
"Tidak ada keuntungan seperti ini terus ... yang ingin kukatakan adalah tidak masalah, bahkan jika kamu menyembunyikan kekuatanmu di bidang yang lain, tidak menahan kelas seperti yang dilakukan Koenji, maka aku tidak masalah. Jika aku terus mengkritikmu, itu akan menjadi lebih buruk."
Bisa dikatakan orang yang sangat tidak puas dan tidak yakin adalah Keisei tetapi ia lebih memilih untuk menahan perasaannya demi kelompok Ayanokouji, serta teman sekelasnya.
"Walaupun aku percaya seperti itu, tetap saja aku tidak bisa menekan emosiku, jadi aku perlu menenangkan diri. Setelah itu, aku akan menerima sebagian kekuatanmu yang sudah kau ungkapkan. Sedangkan untuk mata pelajaran lainnya, aku berasumsi kalau kamu lumayan dan bisa terus membimbingmu, boleh?"
Di situasi dimana persahabatan kita bisa berakhir, namun ini jelas - jelas merupakan proporsi yang berharga.
Aku tidak punya alasan untuk menolak, jadi aku mengangguk dan menerimanya secara langsung.
"Terima kasih, Keisei."
Aku memilih untuk mengungkapkan rasa terima kasihku dengan beberapa kata.
Airi yang menyaksikan semua ini, akhirnya mulai berani bersuara.
"Eh.. bagaimana kalau kalian melakukan ini ... jabat tangan persahabatan?"
"Jabat tangan persahabatan? Tidak apa - apa!"
Mendegar saran Airi, Haruka pun ikut setuju.
Merasakan atmosfer yang berat dan tekanan yang perlahan menghilang, Keisei menggelengkan kepalanya.
"Tidak akan, itu memalukan."
Haruka dengan cepat meraih tangan kanan Keisei yang menolak. Dia juga meraih tangan kananku pada saat yang bersamaan.
"Teman baik, bagus!"
Mengatakan itu dan menyatukan tangan kami, membuat kami terpaksa untuk berjabat tangan.
Kami tidak mempersiapkan diri untuk berjabat tangan, jadi itu hanya bersentuhan.
"Jika kamu tidak berjabat tangan, aku tidak akan melepaskannya, ok?"
"Ya, aku tahu...!"
Mungkin setengah tangannya sudah menyentuh tanganku membuat ini memalukan, dan akhirnya Keisei mengalah.
Dengan itu, kami berdua berjabat tangan, simbol dari persahabatan resmi kami berdua.
"Aku baik - baik saja dengan ini, tetapi Akito masih belum tahu apa - apa."
"Miyacchi mungkin tidak mempermasalahkan hal ini. Aku pikir kamulah yang harus menerima Kiyopon seperti biasanya, benar kan?"
"... itu benar."
Keisei berpikir sejenak. Dia dengan cepat menyimpulkan pemikiran yang sama setelah memikirkan sifat Akito.
"Ya, semuanya menjadi normal kembali. Nampaknya sekarang kita memikul beban berat di pundak kita, kan?"
Benar? Haruka dan Airi saling memandan, kedua nya setuju.
"Bagaimana pun, kamu telah menjadi selebriti begitu ceppat, Kiyopon. Itu ... "
Haruka menatapku seperti dia mengingat sesuatu.
Kami bertiga menunggu dia melanjutkannya, tetapi nampaknya dia tidak melanjutkannya.
"Ada apa, Haruka - chan?"
Airi yang khawatir melihat Haruka yang tiba - tiba berhenti bergerak, mengatakan sesuatu.
Pada saat itu, seolah - olah sihir itu dibatalkan.
"Oh, yah, benar. Tidak apa - apa. Bagaimanapun itu pasti akan sulit untukmu sekarang kamu menjadi selebriti."
"Bukankah itu keterlaluan? Sakayanagi, menempati posisi kedua tahun ini mendapatkan 91 poin."
Setelah Keisei mengenaliku, kekhawatirannya berubah ke hal lain.
"Btw, kalau ngomongin Sakayanagi-san, dia mendapatkan nilai yang sama di semua pelajaran, kan?"
Airi mencoba mengingat itu kembali.
Dia mendapatkan nilai 91 dalam matematika, dan yang lebih menakjubkannya ialah semua mata pelajarannya punya nilai yang sama. Jika mempertimbangkan kesulitan ujiannya, dia adalah siswa yang tidak diragukan lagi dia sangat pandai dalam bidang akademik. Sepanjang tahun, dia menjadi yang kedua setelahku. Yang lebih mengesankannya lagi dia tidak pernah belajar di lingkungan yang luar biasa seperti white room. Dalam kata lain, tidak belebihan juga jika dia menyebut dirinya sendiri sebagai jenius.
"Aku tahu dia pintar, tetapi sejak diperkenalkannya OOA, kekuatanya semakin terlihat."
Meski dia ada penyesalan, tetapi Keisei harus jujur mengakui kekuatan Sakayanagi.
Tidak perlu diragukan lagi dengan skor tinggi nya di masa lalu, tetapi kekuatannya benar - benar di level yang berbeda.
Apa dia sengaja menahannya atau dia mulai belajar di luar kelas?
Apapun yang terjadi, tidak ada keraguan kalau dia bisa jadi menjadi masalah besar dari yang sebelumnya, dan bahkan ada satu lagi lawan yang harus kami kalahkan.
"Sebagai peringatan atas persahabatan kita, kenapa kita tidak pergi ke Keyaki Mall setelah aktivitas klub Miyacchi selesai?"
Tidak ada seorang pun yang menolak saran Haruka.
